Keris99 - Agen Bandar66 Online | Sakong Online | Capsa Susun | Bandar Poker | Judi Domino99 | BandarQ | AduQ | Poker Texas Indonesia
Kontes SEO Keris99 2018

Tuesday, February 6, 2018

Tiwi Yang Seksi dan Nina Sepupunya Yang Masih Siswi SMP

Tiwi Yang Seksi dan Nina Sepupunya Yang Masih Siswi SMP - Yuk Coli.

Tiwi Yang Seksi dan Nina Sepupunya Yang Masih Siswi SMP
Tiwi Yang Seksi dan Nina Sepupunya Yang Masih Siswi SMP

Berawal dari perjalananku keluar kota aku bertemu dengan 2 gadis hot yang menemaniku sepanjang perjalanan hingga aku tak merasa jenuh. Malam itu aku memutuskan untuk pergi ke Jawa Tengah. Aku berangkat dari Jakarta dengan naik bus antar provinsi, dari terminal aku berangkat sore hari sekitar jam 5 sorean. Saat aku mencari tempat dudukku aku melihat 2 gadis yang sangat aduhai sekali. Umurnya sekitar 24 tahunan dan juga memiliki body yang sangat istimewa menurutku.

Sambil terus berpura-pura mencari tempat dudukku, aku terus melirik 2 gadis cantik itu, hingga akhinrya aku menemukan tempat dudukku yang berada di sebelahnya persis. Aku pun tersenyum ketika melihatnya duduk di sampingku, dan ketika aku tersenyum 2 gadis itu pun membalas senyumanku dengan manis. Hingga aku terus berpikiran untuk mengajaknya berkenalan. Namun baru saja aku mau mengajaknya berkenalan malah salah seorang gadis itu sudah menanyaiku lebih dulu.

"Mau pergi kemana mas?" tanyanya.
"Eh mau ke Bojonegoro, mbak mau kemana?" tanyaku.
"Saya mau ke Rembang, nih mulangin anak bandel ini ke orang tuanya," katanya.
"Rumah orang tuanya di Rembang ya?" tanyaku lebih lanjut.
"Bukan sih, masih jauh di desa, ke Randublatung," katanya.

Aku tidak tahu dimana Randublatung tapi seingatku ketika melihat peta, desa itu letaknya jauh dari Rembang. Akhirnya kami akrab ngobrol dan dia mengaku bernama Tiwi dan di Jakarta bekerja sebagai SPG. Dari gayanya sepertinya Tiwi agak gampang digoyang.

Suasana makin redup dan akhirnya bus berhenti di wilayah Sukamandi Jawa barat, kami mendapat makan malam gratis. Ketika aku tinjau, menunya hanya sepotong bandeng, sambel dan lalapan. Mereka berdua aku tawari traktir makan yang lebih enak di bagian lain restoran. Mulanya Tiwi agak canggung, tetapi Nina, gadis kecil itu langsung setuju. Maka kami makan dengan hidangan yang lebih baik.

Setelah makan kami kembali duduk di bus, dan obrolan kami makin akrab. Seperti biasanya, bus ini sesampai di Rembang masih gelap mungkin sekitar jam 3 pagi. Menurut Tiwi mereka mau menunggu di warung tempat pemberhentian bus sampai hari agak terang. Setelah itu baru melanjutkan perjalanan ke Desa.

Terenyuh juga mendengar kisah mereka, sehingga aku menawarkan untuk menginap saja di hotel, sampai hari mulai terang, setelah itu baru jalan ke kampung.

"Saya gak punya duit mas, lha wong ini aja uangnya ngepas banget," kata Tiwi. Aku lalu menawarkan biar aku saja yang bayar, dan aku juga akan ikut turun di Rembang.

Sejak naik dari rumah makan tadi, Tiwi makin akrab saja, dia memeluk tanganku. Katanya dia merasa dingin. Aku merasakan tekanan dari susunya ke bagian lenganku. Perlakuan ini membuat voltase di tubuhku meningkat. Aku lantas berpikir, buat apa turun di Rembang kalau memang tujuannya untuk menginap. Aku menawarkan untuk menginap saja di Semarang. Tanpa pertanyaan sedikit pun Tiwi langsung menyetujui. Dia makin erat memelukku, seperti kami sudah lama berkenalan.

Sementara rangsangan makin tinggi, aku belum menemukan jalan, bagaimana cara mengeksekusi Tiwi, kalau ada keponakannya. Tidak ada titik terang, sementara bus sudah mulai memasuki Kendal, yang berarti tidak lama lagi akan sampai Semarang. Sesampainya di Semarang, kami turun dari bus dan langsung berpindah ke taksi. Aku memilih hotel Ciputra di Simpang Lima Semarang.

Tiwi dan Nina seperti terheran-heran melihat hotel pilihanku.

"Oom bagus banget hotelnya, kan mahal nginep di sini," kata Nina.

Aku mendapat kamar double bed.

"Mas sayang banget kalau cuma nginep sebentar di sini, kamarnya enak banget," kata Tiwi sambil melihat sekeliling.

Nina mencoba tempat tidur yang memang empuk, dia duduk sambil menggenjot-genjot kasur. Setelah mengemas barang, yang hanya sebuah ransel, aku pamit mau menyegarkan badan. Sambil menggosok gigi, aku mengisi bak dengan air hangat. Rasanya nikmat sekali berendam berlama-lama dalam bak mandi. Kontolku dari tadi sudah menegang, jadi semakin keras ketika terendam air hangat.

Aku dikejutkan oleh pintu kamar mandi yang tiba-tiba terbuka. Tiwi sambil cengar-cengir mengatakan tidak tahan, kebelet pipis. Setelah memelorotkan cd nya dia langsung duduk di closet. Terdengar desiran air kencingnya cukup lama juga. Aku tidak bisa berlindung, karena sedang telentang dan full telanjang. Tiwi mencoba merasakan hangatnya air.

"Enak ya mas," tanyanya.
"Seger banget," kataku.
"Aku ikutan ah berendam, badan ku yo terasa lengket, karena tadi mau berangkat gak sempet mandi."

Setelah membersihkan kemaluannya dengan semprotan air. Tanpa ragu Tiwi mulai membuka bajunya satu persatu. Aku memperhatikan, bodynya cukup menggiurkan, susunya tegak menantang dengan pentil yang masih kecil. Itu menandakan dia belum pernah hamil. Yang luar biasa bulu di bawah sana hitam lebat. Warnanya kontras sekali dengan kulitnya yang putih. Tiwi tanpa ragu langsung melangkah masuk ke dalam bath tub. Tiwi mengambil posisi membelakangiku. Tanpa komando tanganku langsung mencengkram kedua bongkahan susunya. Kontolku makin mengeras dan menerjang bagian belakang Tiwi.

Merasa kontolku menerjang badannya, Tiwi berbalik posisi dan langsung meraih kontolku. Digenggam-genggamnya. Nikmat yang luar biasa membuat aku makin menyelonjorkan tubuhku sehingga posisiku jadi telentang terendam air hangat.

Tiwi menyelam dan mulutnya langsung melahap kontolku. Aku tidak menduga dia secepat ini melakukan itu, sehingga aku agak berjingkat ketika bibirnya menyentuh kepala kontolku. Dia tidak bisa berlama-lama karena sesak nafas di dalam air. Tanpa kuminta, Tiwi menduduki kontolku dan kontolku dipegangnya lalu dibimbingnya memasuki lubang mekinya.

Memasukkan kontol ke meki di dalam air, terasa agak sulit, karena lubang meki Tiwi terasa kesat. Namun Tiwi tidak putus asa, dia mencoba terus sampai akhirnya terbenam juga seluruh batangku di dalam mekinya. Nikmat sekali rasanya, meki Tiwi terasa sempit sekali. Mungkin karena pengaruh berendam di dalam air, atau memang aslinya sempit begini. Aku tidak ambil pusing, karena pikiranku terfokus menikmati genjotan Tiwi.

Pintu kamar mandi terbuka tiba-tiba. Muncul si kecil Nina. Dia terkejut dan melakukan gerakan menutup mulutnya dengan tangan. Posisi kami tidak bisa disembunyikan lagi, karena Tiwi yang bugil sedang berada di atas tubuhku yang juga bugil.

"Nina kebelet pipis nih, dari tadi ditunggui lama banget," kata Nina.

Dia juga seperti Tiwi tadi langsung memelorotkan celana dan duduk di closet. Desiran air kencingnya terdengar nyaring. Sementara dia duduk di closet, Tiwi seperti tidak perduli, dia terus menggenjotku sampai airnya tertumpah dari bak.

Nina duduk termangu menonton kami berhubungan, meski kencingnya sudah selesai dari tadi.
Situasi sudah tanggung, Nina kugamit untuk bergabung berendam di bak. Dia kuminta membuka bajunya.

Tidak terlalu repot, Nina mengikuti anjuranku. Dia melolosi satu persatu bajunya. Setelah baju luarnya yang terdiri dari celana jins dan kaus putih dilepas, tinggallah celana dalam pink bergambar tokoh kartun dan miniset. Dia melepas minisetnya terlebih dahulu. Teteknya langsung menyembul gempal dgn pentil yang masih kecil sekali. Ukuran tetek Nina seharusnya sudah memerlukan BH, karena minisetnya sudah kelihatan sempit.

Setelah menggantungkan minisetnya dia meloloskan cd nya. Aku tidak bisa langsung melihat kemaluannya. Yang tampak hanya bongkahan pantat kecilnya. Sepintas terlihat mekinya yang masih gundul, ketika dia masuk ke dalam bak mandi. Nina mengambil tempat di bagian kakiku. Bak mandi jadi sesak diisi tiga orang, dua di antaranya sedang beraktivitas.

Gerakan jadi tidak leluasa lagi sehingga aku menyarankan Tiwi keluar dari bak mandi dan meneruskan di luar. Tiwi kuatur memunggungiku dengan posisi merunduk bertopang wastafel. Aku menggenjotnya dari belakang. Batangku dengan mudah masuk ke dalam lubang mekinya yang terasa sangat licin. Tiwi seperti tidak peduli dengan kehadiran Nina. Dia mendesah-desah dan merintih sampai akhirnya menjerit dan kakinya dirapatkan. Terasa lubang mekinya berkedut-kedut. Tiwi mendapatkan orgasmenya yang pertama. Sementara aku sebetulnya sudah hampir, tetapi terinterupsi karena Tiwi menghentikan gerakannya. Dilepasnya batang kontolku dari lubang mekinya sehingga kontolku mengacung ke depan dengan tegap.

Tiwi berusaha memuaskanku dengan jongkok sambil mengulum dan menghisap kontolku. Namun karena konsentrasiku sudah buyar, aku jadi sulit menikmati oralnya. Bosan mengoralku yang tak juga mencapai ejakulasi, akhirnya Tiwi berdiri dan dia lalu membersihkan dirinya dengan meraih shower.

Aku kembali masuk ke bak mandi yang di situ masih ada Nina. Aku berhadap-hadapan dengan Nina. Kuperhatikan teteknya sangat mengkal dengan puting susu yang menajam di ujungnya. Nina kuraih sehingga dia kupeluk dengan posisi membelakangiku. Aku meremas perlahan-lahan tetek mengkalnya. Beda sekali rasa tetek Tiwi dengan Nina. Jika tetek Tiwi terasa lembut oleh lemak, tetek Nina terasa mengkal dan lebih keras. Puas memainkan teteknya aku menggapai belahan mekinya. Jari tengahku langsung merasa clitorisnya mencuat dan ketika kuraba halus dia sudah mengeras. Aku terus memainkan clitorisnya sampai akhirnya Nina kelojotan mencapai orgasme.

Sementara itu, Tiwi sudah mengeringkan badan dengan berkemben handuk dia meninggalkan kami berdua. Aku mentas dari bak mandi. Nina juga kuminta keluar. Aku duduk di closet dengan posisi menyandar, sehingga kontolku bebas tegak. Nina kubimbing berada di atasku. Dia menuruti saja kemauanku. Sambil berdiri mengangkangi badanku, Nina mendekatkan lubang mekinya ke kepala kontolku yang telah memerah karena sangat tegang. Aku mengoles-ngoles kepala kontolku di sekitar lubang mekinya sampai terasa ada cairan lendir keluar dari dalam.

Setelah kurasa pelumasan mencukupi, aku berusaha memasukkan kepala kontolku ke meki gundul itu. Agak sempit rasanya, tetapi kontolku bisa terus menerobos ke dalam. Kesanku Nina sudah jebol perawannya. Meski jepitannya lebih kuat dibanding meki Tiwi, tetapi kontolku lancar maju mundur di lubang mekinya. Aku terus mendekapnya sampai akhirnya aku menjelang orgasme kutarik badannya dan begitu lepas, meledaklah ejakulasiku. Lemas sekali badanku. Kami berdua lalu mandi membersihkan diri dengan shower.

Selama mandi itu kutanya Nina soal keperawanannya. Dia mengaku memang sudah pernah berhubungan, dengan pacarnya yang sudah SMA. Karena itulah, dia sempat ketahuan selagi asyik main di kamarnya. Akibatnya Nina dipulangkan ke kampungnya. Sekarang inilah proses pemulangan Nina ke orang tuanya di kampung. Di Jakarta Nina tinggal di rumah budenya, yaitu ibunya Tiwi.

"Mbak Anti, bebas menerima cowoknya menginap di kamarnya, kenapa aku gak boleh ajak pacarku ke kamarku," kata Nina dengan muka agak merajuk.

Aku tidak mau berkomentar, karena rasanya tidak ada gunanya berkomentar pada saat seperti ini. Aku berbalut handuk dan juga Nina berkemben handuk kami masuk menyelinap ke bawah selimut. Tiwi sudah mengorok tidur di sisi kiri, aku memilih posisi di tengah dan Nina di sisi kananku. Tidak nyaman rasanya tidur berbalut handuk lembab, maka kubuka handukku dan kulempar ke kursi, Handuk Nina juga kulepas, sehingga kami berdua telanjang di bawah selimut. Sementara itu Tiwi yang juga berbalut handuk perlahan-lahan kulepas dan kulempar juga ke kursi. Kami bertiga tidur bugil di bawah selimut. Rasa lelah dan kecapaian ngentot membuat aku cepat tertidur.

Aku terbangun karena rasa geli di kemaluanku. Kuintip ke bawah, ternyata Nina sedang menghisap kontolku. Mungkin dia berusaha membangunkan kontolku. Aku berpura-pura tidur. Kulirik di celah korden sudah masuk cahaya terang matahari. Kulirik jam di meja sudah menunjukkan hampir jam 7 pagi. Kubiarkan Nina beroperasi sendiri, sementara Tiwi masih ngorok di sebelahku. Nina berusaha memasukkan kontolku ke lubang mekinya dengan posisi menduduki badanku. Dia berhasil menelan semua batang kontolku lalu dia melakukan gerakan naik turun. Kadang-kadang maju mundur. Mungkin dia bosan pada posisi itu, dia bangkit berdiri dan membalikkan badannya sehingga memunggungiku.

Nina kembali jongkok dan kembali menggenjot. Dia mencoba merebahkan badannya ke depan sampai hampir mencium kakiku. Kontolku terasa dipaksa menghadap ke bawah. Nina kesulitan melakukan gerakan pada posisi itu, karena lubang mekinya seperti kedongkrak oleh batang kontolku yang sedang keras sempurna. Nina berdiri lagi dan dia berbalik arah kembali ke posisi berhadapan denganku. Kontolku kembali dimasukkan ke dalam mekinya. Dia menggenjot sebentar lalu merebahkan badannya. Sambil memelukku dia terus mengggerak-gerakkan pinggulnya. Posisi ini agak sulit, karena berkali-kali kontolku lepas dari lubang mekinya. Nina kembali ke posisi mendudukiku, dia rupanya menemukan posisi nikmatnya sehingga gerakannya makin liar, dan tak lama kemudian berhenti menggenjot dan terasa mekinya berdenyut-denyut.

Aku jadi dalam posisi nanggung sehingga kusibak selimut dan langsung kuarahkan kontolku memasuki meki Tiwi. Mekinya terasa berlendir. Berarti dia sudah bangun dari tadi dan sempat melihat permainan kami sehingga dia terangsang. Begitu kontolku ambles, dia langsung mengerang. Kugenjot dengan gerakan kasar, Tiwi merintih-rintih. Sayangnya mekinya terlalu banjir sehingga kurang mencengkeram. Aku terus berusaha konsentrasi untuk mencapai puncak. Namun setelah sekian lama masih juga belum berhasil, sampai badanku lelah. Kubalikkan posisi dengan tetap mempertahankan kontolku di dalam meki Tiwi. Dia mengerti dan kini Tiwi memegang kendali. Dia bergerak maju mundur naik turun di atas tubuhku. Menjelang aku orgasme, Tiwi sudah memekik sambil menjepit kontolku.

Mendengar teriakan itu aku jadi tak mampu lagi menahan ejakulasiku dan kulepas saja di dalam mekinya. Pada suasana seperti itu, aku tidak memikirkan resiko hamil dan sebagainya, yang penting rasanya nikmat. Tiwi langsung jatuh berbaring di sampingku. Aku tertidur telentang dan agak terengah-engah. Tiba-tiba terasa batang kontolku dibersihkan dengan sekaan handuk hangat. Kulirik ke bawah, ternyata Nina yang melakukan. Aku tidak sempat memperhatikan apa yang dilakukan Nina tadi ketika aku bertempur dengan Tiwi.

Setelah dibersihkan, Nina kembali mengoral kontolku. Tanpa rasa malu dia terus berusaha membangunkan kontolku. Lama juga kontolku tidak bangun-bangun. Aku merasa kasihan karena usaha Nina tidak membawa hasil. Dia kemudian kuminta berbaring dan kakinya dikangkangkan. Aku melakukan oral buat meki kecil ini. Nina tersenyum dan terus menggelinjang merasakan sapuan lidahku di ujung clitorisnya yang menonjol. Tidak perlu waktu terlalu lama akhirnya meki Nina cenat-cenut. Setelah dia mencapai orgasme, aku memasukkan jari tengah ke dalam mekinya, aku mencari Gspotnya.

Teraba ada jaringan halus. Aku memastikan bagian itu Gspotnya karena ketika kusentuh pelan Nina bereaksi. Aku serang terus sampai beberapa saat kemudian Nina memekik. Dia mencapai orgasme tertingginya. Dari lubang pipisnya meleleh cairan kental. Jumlahnya tidak banyak, mungkin cuma 3 tetes, tetapi jelas sekali meleleh keluar. Melihat reaksi itu, kontolku mulai bangun. Belum terlalu sempurna tetapi cukup keras untuk disodokkan ke meki Nina. Aku langsung menindih Nina dan terasa mekinya mencekat dan masih ada sisa cenat-cenutnya. Aku genjot langsung dengan gerakan cepat.

Nikmat sekali rasanya. Nina merintih-rintih, dan dia kembali mendapatkan orgasme berkualitasnya. Aku menenggarai itu karena Nina kembali menjerit seperti tadi. Aku tidak memberi kesempatan dia melampiaskan orgasmenya, aku terus menggenjotnya.

"Oom ampun oom udah om, mekiku ngilu." Aku tidak memperdulikannya dan terus menggenjot. Sambil mengiba-iba Nina juga mendesis-desis seperti menikmati persetubuhan ini. Itulah maka aku tega menggenjot terus dan memang benar Nina kembali menjerit. Pada saat mencapai orgasme, lubang meki terasa lebih nikmat karena makin ketat mencengkeram dan ada ritme di dalamnya.

Kuhentikan sebentar sampai orgasmenya tuntas lalu kugenjot lagi. Mekinya terasa makin sempit sehingga aku merasa nikmat dan mengantarku mencapai puncaknya. Aku sudah seperti lupa daratan sehingga ketika mencapai orgasme kubenamkan dalam-dalam kontolku ke mekinya. Ninapun menjerit, rupanya dia juga sampai kepada puncak tertingginya.

"Seru banget mainnya, dan berisik," kata Tiwi yang duduk bersila dengan tubuh telanjang menonton pertempuranku.

"Gila lu Ni kecil-kecil, ngeseknya kuat juga," kata Tiwi mengomentari adik sepupunya.

Aku istirahat sebentar. Nina sempat tertidur dan mendengkur halus. Kulihat jam sudah menunjukkan jam 8 pagi lewat 10 menit. Aku menggamit Tiwi dan membangunkan Nina. Kami mandi bertiga di kamar mandi sambil saling menyabuni.

Agen Judi Sakong BandarQ AduQ Capsa Susun Domino99 Bandar Poker Terpercaya Indonesia

Pagi itu badanku terasa ringan sekali. Kami bertiga turun ke coffee Shop untuk sarapan pagi. Nina terkagum-kagum oleh banyaknya ragam sarapan pagi yang tersedia. Mungkin dia belum pernah mengalami hal semacam ini. Sambil menyantap makanan, Nina mengusulkan agar bisa menginap semalam lagi di hotel ini. Tiwi setuju. Kami memang akhirnya menambah satu malam lagi di hotel. Sepanjang siang aku hanya jalan keluar bersama mereka makan di bawah. Mereka mondar-mandir keluar masuk kamar membawa belanjaan. Tiwi dan Nina memang kubekali uang yang lumayan banyak untuk sekedar belanja membeli pakaian dan sepatu di mall di bawah hotel.

Judi Poker - Judi Domino99 - Judi Capsa Susun - Agen AduQ - Judi BandarQ - Judi Bandar Poker - Judi Sakong

Hari berikutnya, aku menyempatkan ke Bojonegoro membereskan urusanku. Tiwi dan Nina membatalkan pulang kampung. Mereka ikut aku. Dari Bojonegoro aku langsung memboyong mereka ke Surabaya. Di kota Pahlawan itu aku juga memilih hotel yang menyambung dengan Tunjungan Plaza. Mereka senang sekali bebas berkeliaran di mall, sementara aku milih tidur saja di kamar menjaga stamina.

Agen Poker - Agen Domino99 - Agen Capsa Susun - Agen AduQ - Agen BandarQ - Agen Bandar Poker - Agen Sakong

Melawan Tiwi, bagiku tidak berat, tetapi melayani nafsu Nina kecil aku agak kewalahan juga. Kecil-kecil kemauannya besar sekali. Nina tidak jadi dipulangkan ke kampung, dia ke Jakarta lagi dan kost bersama Tiwi. Tiwi memilih tempat kost di dekat tempat kerjanya sehingga dia hanya perlu jalan kaki saja. Aku yang membantu membayar sewa kostnya. Di kala sedang suntuk oleh pekerjaan, aku melampiaskan kepada dua mekiku itu.

Agen Judi Sakong BandarQ AduQ Capsa Susun Domino99 Bandar Poker Terpercaya Indonesia

0 comments:

Post a Comment

Keris99 - Agen Bandar66 Online | Sakong Online | Capsa Susun | Bandar Poker | Judi Domino99 | BandarQ | AduQ | Poker Texas Indonesia
Kontes SEO Keris99 2018